Minggu, 05 April 2020

Jalan Yang Berliku

April 05, 2020 0 Comments
Halo teman-teman.
Sudah lama tidak membuat tulisan di blog, terakhir posting untuk memenuhi tugas praktikum kimia dasar II. Untuk kali ini saya juga memposting untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Kimia dan  memang sudah keinginan dari dulu untuk memposting cerita seperti ini. Saya berterima kasih kepada Ibu Yuli Rahmawati yang sudah memberikan tugas Telaah Kurikulum Kimia yang dapat mengasah kemampuan menulis dan refleksi diri mahasiswa pendidikan kimia. Pada postingan kali ini saya mengambil topik “Mengapa saya ingin menjadi guru kimia atau dosen kimia?”

Saat kita duduk dibangku sekolah dasar, banyak sekali guru yang bertanya “Apa cita-cita kalian?”. Dalam hati dan beberapa tulisan saya selalu terlintas menjadi dokter.  Saat saya menuliskan ingin menjadi dokter, pikiran saya hanya terlintas untuk membantu orang-orang yang sakit agar dapat sembuh. Ya hanya itu, alasan saya saat SD ingin menjadi dokter. Ketika saya duduk dibangku kelas 3 SD sempat terlintas dipikiran saya untuk menjadi guru karena saya mendapat contoh beberapa guru yang teladan, tetapi berpikir menjadi guru hanya terlintas beberapa bulan. Setelah beberapa bulan tersebut, hati saya berubah untuk menuliskan kembali dengan bercita-cita menjadi dokter. 

Bangku sekolah dasar menjadi bangku yang menyenangkan dalam memikirkan cita-cita. Pada saat SD banyak yang bilang, kalau mau jadi dokter harus pintar. Pada saat itu saya terus belajar, karena dengan banyak orang yang berkata seperti itu dapat mendorong saya. Sampai pada satu titik saya mengikuti lomba matematika dan olimpiade sains. Pada saat persiapan lomba, saya sangat terkagum dengan beberapa guru, mereka sangat totalitas dalam membimbing anak-anaknya yang ingin lomba. Masa-masa SD saya sangat menyenangkan, karena saya berada di lingkungan yang dapat saya jadikan teladan.

Pada saat di bangku SMP dan SMA selayaknya beberapa teman-teman lain selalu bingung dihadapkan mengenai cita-cita. Saya melalui kebimbangan pada tahap di SMA, dihadapkan mengambil jurusan kedepan bukanlah hal yang mudah. Dari yang dipengaruhi lingkungan sekitar, orang tua, ataupun keinginan diri sendiri. Tahap akhirnya adalah ketika saya memutuskan untuk mengambil jurusan teknik industri UI pada pilihan pertama di jalur SNMPTN. 

Pada saat saya masuk 50% jalur SNMPTN, pilihan pertama saya adalah teknik industri UI. Ya, sangat ketinggian sekali pilihannya hehe. Saat saya mengulik mengenai jurusan teknik industri, saya menyukai sekali karena berhubungan dengan manajemen perusahaan industri, sumber daya manusia, k3, ataupun sistem produksi. Takdir berkata lain, saya tidak diterima diketiga pilihan yang saya pilih. Sedih pasti, tetapi saya berpikir masih ada jalur SBMPTN. Berusaha dan berdoa selalu saya jalani, tak lupa saya mengandalkan Tuhan apa yang saya pilih pada jalur SBMPTN. Jalur SBMPTN kembali lagi saya memilih teknik industri kembali dan jurusan fisika. Pengumuman SBMPTN muncul dengan warna merah, ya sedih sekali diperhadapkan kegagalan. Jalur penerimaan mahasiswa telah saya lalui, tetapi saya tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri.

Setelah mengalami berbagai penolakan dari berbagai jalur masuk perguruan tinggi negeri, saya harus melangkah untuk gap year(menunda setahun) atau swasta. Setelah diskusi dengan orang tua saya, keputusannya adalah untuk mengikuti SBMPTN 2018. Hari-hari saya lalui dengan terus belajar di sebuah bimbingan belajar, mengikuti #anakbimbingriris, dan belajar online. Berusaha sekuat tenaga untuk menggapai impian bersama teman senasib yang memiliki kegagalan yang sama. Dalam seminggu 3 kali saya konsultasi dengan tutor dari pukul 8 sampai 8 malam ataupun tidak selalu dengan jadwal tetap, ketika malam saya lanjutkan dengan mengikuti #anakbimbingriris. Sebenarnya saya hanya iseng untuk mengikuti #anakbimbingriris, tetapi berjalannya waktu saya jadi lebih giat sampai hanya tersisa beberapa teman-teman yang sedang berjuang. Semua saya lalui agar tidak gagal lagi, seperti tahun sebelumnya.

Setelah melalui masa gap year, konsultasi mengenai pilihan dengan tutor saya lalui. Hasil konsultasi dengan tutor dan orang tua saya adalah pilihan pertama Kesehatan dan Keselamatan Kerja UI, pilihan kedua Kimia UNSOED, dan pilihan ketiga Teknik Industri UPNYK. Pada saat pengumuman SBMPTN 2018 tiba, berkali-kali lagi saya menerima tulisan berwarna merah. Rasanya seperti kegagalan selalu erat dengan saya. Tetapi saya harus berpikir postif dan komitmen ketika saya tidak mendapatkan PTN, saya harus mendaftarkan diri untuk kuliah di swasta. 

Hasil skor SBMPTN tidak mau saya buang begitu saja, jadi saya mengikuti jalur mandiri UNSOED, UNY, dan penmaba UNJ. Jalur mandiri UNSOED saya mendapatkan cadangan di jurusan Kimia yang akan diumumkan kembali bertepatan setelah pengumuman penmaba UNJ. Sedangkan pada jalur mandiri UNY, saya tidak diterima. Saya sangat berharap diterima di UNSOED, karena kimia murni. Ternyata jadwal pengumuman cadangan UNSOED berubah menjadi sama dengan UNJ. Saya membuka UNSOED terlebih dahulu, ternyata tidak diterima lagi. Sebelum membuka hasil pengumuman UNJ, saya sudah melihat berkali-kali pendaftaran universitas swasta. Akhirnya saya beranikan diri untuk membuka, ternyata diterima dengan pilihan kedua pendidikan kimia UNJ. Pilihan pertama saya yaitu kimia murni, keduanya saya ambil kimia karena saya suka sekali dengan mata pelajaran kimia, memiliki teladan dari tutor, dan guru di SMA. Saya tau rencana Tuhan begitu indah, selalu memberikan di waktu yang tepat. 

Awalnya tidak pernah terbesit sekalipun dalam memilih jurusan untuk mengambil jurusan pendidikan. Di lain sisi, mama saya sangat suka saya di dunia pendidikan. Melihat latar belakang dari keluarga saya yaitu rata-rata menjadi guru. Terutama kakek saya, beliau selalu cerita saat menjadi kepala sekolah di daerah gunung ataupun di kota. Perjuangan beliau selalu dapat saya kagumi, dalam mengajar di daerah gunung dengan keadaan yang serba terbatas. Beliau juga mencontohkan hal-hal baik kepada cucunya, dalam hal memberikan dampak bagi orang sekitar sampai sekarang. Selain dari kakek saya, saya melihat tante dan om saya yang merupakan lulusan dari UNJ. 

Selama saya menjadi mahasiswa, saya mengikuti beberapa kegiatan volunteer di luar kampus. Beberapa kegiatan volunteer tersebut membukakan saya, terutama saat saya wawancarai seorang mahasiswa pendidikan fisika. Saat saya wawancarai orang tersebut, beberapa pertanyaan saya lontarkan mengenai pengalamannya. Saya sangat terkejut dengan beberapa pengalaman yang dia miliki dalam dunia pendidikan pada saat di daerah pedalaman. Selain itu, orang yang saya wawancarai juga merupakan seorang jurusan manajemen di kampus swasta. Dia selaku yang saya wawancarai sangat cinta dalam dunia pendidikan, setiap hari sabtu dia meluangkan waktu untuk menjadi volunteer di RPTRA. 

Saat saya wawancarai beberapa orang, hati saya terus tergerak dalam dunia pendidikan. Sudah setahun saya menjadi pengurus volunteer di komunitas, saya juga melihat beberapa siswa dalam mempersiapkan penelitian yaitu para peneliti belia. Saya sangat kagum dengan para guru dan pembimbingnya, dengan keterbatasan dalam meneliti tetapi mereka sangat semangat dalam mengharumkan nama bangsa Indonesia. Dari para peneliti belia, saya belajar untuk giat menekuni bidang ilmu kimia. 

Melalui tugas kuliah saya juga dibukakan beberapa kedaan, ketika saya mengunjungi sekolah. Saya sedih melihat beberapa guru yang tidak dapat dijadikan contoh, apa lagi dalam hal berkata kasar di dalam kelas. Padahal saat guru tersebut berkata kasar, ada beberapa mahasiswa di dalam kelas termasuk saya. Melalui hal tersebut, ternyata di contoh oleh sebagian besar siswa dengan selalu berkata kasar. Saat saya mengunjungi sekolah tersebut, guru yang berkata kasar itu seenaknya dalam mengajar. Untung saja saya bertemu dengan guru yang peduli dengan siswanya, sangat miris melihat keadaan lingkungan sekolah yang seperti itu. 

Saya sangat bersyukur sampai pada tahap ini, tanpa campur tangan Tuhan dan orang yang saya sayangi, saya bukan apa-apa. Tak menyangka dengan berbagai jalan berliku yang saya lalui, ternyata saya dibukakan berbagai kondisi yang dapat menggerakkan hati saya. Menjadi seorang guru menurut saya dapat memberikan inspirasi bagi siswa dan lingkungan di sekitar. Terutama dapat menjadi inspirasi bagi para peserta didik dalam menekuni bidang ilmu dan teladan bagi para penerus bangsa. 

Terbentur, terbentur, dan terbentuk.

#PendidikanKimiaUNJ

Follow Us @soratemplates